12 Agustus 2018

Yuk Pelajari Karakter Perempuan

Posted by Kayuya on 10.11.00 with No comments

TULISAN INI MUNGKIN AGAK PANJANG.
YUK PELAJARI KARAKTER PEREMPUAN.

Penulis : Kayuya


picture by : https://www.ngopibareng.id


Akhir-akhir ini aku sering banget denger percakapan kayak gini nih.

"Eh, si Fulan pas udah nikah kok jarang main sama kita ya?"
"Wajar sih, Sist. Lu tau nggak, istrinya itu cemburuan parah".
"Lebai banget istrinya. Kok kayak ngekang banget gitu ya?".


Jujur aja yah, dalam hal ini aku pribadi mendukung apa yang di lakukan oleh istri si Fulan (nama disamarkan). Karena aku pun tidak bisa memungkiri rasa cemburu itu ada ketika melihat orang yang kusukai dekat dengan orang lain walau pun itu hanya sebatas teman.

Yang jelas aku pun akan marah kalau orang yang kusukai dekat dengan perempuan lain, apalagi perempuan itu adalah orang yang tidak kusukai. Walau pun sejuta kali aku diyakinkan dengan kalimat "Aku tidak memiliki perasaan apa pun sama dia" Kalimat tersebut tetap tidak bisa membuat perasaanku senang. Aku mengakui, aku adalah perempuan yang sangat pecemburu (over jealous).

Jangankan pada pasangan, pada sahabatku saja aku mengakui aku cemburu ketika dia menceritakan sahabatnya yg lebih baik dari aku dan aku marah jika dia menceritakan tentang orang yang menyakitinya.

Ah, jangankan diriku yang imannya kadang ada kadang nggak ada. Istri Rasulullah saja merasa cemburu, Nggak percaya. Dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa istri Rasulullah pun memiliki rasa cemburu.

Dari Sahabat Anas bin Malik menceritakan; “Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang berada di rumah salah seorang istrinya,” Anas berkata; “Menurutku adalah Aisyah.” Lalu Salah seorang istri beliau yang lain mengirimkan sepiring makanan yang diantar oleh utusannya, namun istri yang bersama beliau membuang piring yang berada di tangan utusan sehingga pecah terbelah menjadi dua. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengatakan:  غَارَتْ أُمُّكُمْ “(Ibu kalian sedang cemburu)” Lalu beliau menyatukan dua pecahan piring tersebut dan meletakkan makanannya di atasnya seraya bersabda: “Makanlah oleh kalian!” maka para sahabat pun memakannya. Sementara beliau tetap memegang piring yang pecah tersebut hingga mereka selesai memakan makanannya, lalu diberikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebuah piring yang lain, lalu beliau pun tinggalkan yang pecah."
(HR. Ahmad)

Jika ada wanita yang cemburu, menurutku wajar. Manusiawi kok.


Dan untuk laki-laki. Bagi sebagian laki-laki, ada yang tidak peduli ketika pasangannya cemburu.

Kenapa?

Karena beberapa laki-laki tidak suka dengan perempuan yang over cemburuan.

Apa yang akan dilakukan oleh laki-laki ini?

Diantara mereka akan mengeluarkan kalimat pedas lagi menyakitkan dan beberapa lagi ada yang marah bahkan ada yang sampai mengasari pasangannya. Temprament.

Dengan mengasari perempuan, apakah perempuan akan berhenti mencemburuimu?

Hmmm, bisa jadi.

Bisa jadi perempuan itu akan berhenti mencemburuimu. Tapi bisa jadi pula perempuan itu juga akan berhenti mencintaimu lalu meninggalkanmu untuk mencari sosok laki-laki lain yang bisa menerima dia dengan segala sifat yang tidak kau sukai itu.

Dalam beberapa hadist Laki-laki dianjurkan untuk berbuat baik kepada pasangannya.

Abu Hurairah Radliyallohu ‘anhu meriwayatkan;

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِي جَارَهُ وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan juga kepada hari akhir, maka janganlah ia menyakiti tetangganya. Pergaulilah wanita kaum wanita dengan baik.” (HR. Bukhari)

Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam juga bersabda;

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي

 “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap isterinya, dan aku adalah orang yang paling baik terhadap isteriku.” (HR. Tirmidzi)

Untuk sikap laki-laki yang mengambil jalan untuk menjauhi teman perempuannya untuk menjaga perasaan perempuan yang ia cintai menurutku tindakan yang sanga bagus dan Gentleman. Itu artinya dia adalah laki-laki yang bertanggung jawab.

Kok bisa berpikiran begitu?

Iya dong.

Karena tanggung jawab seorang anak perempuan akan berpindah dari tangan Ayahnya ke tangan suaminya setelah terucap ijab kabul. Setelah menikah, laki-laki memiliki tabggung jawab memberi nafkah lahir dan batin kepada istrinya.

Nafkah lahir berupa, sandang dan pangan. Sedangkan nafkah batin berupa perasaan senang, aman, dll. Jika salah satu dari dua nafkah ini tidak terpenuhi, maka yakin saja rumah tangga tidak akan sakinah. Selalu terasa ada yang kurang.

Dan untuk perempuan yang suka ngomong masalah teman laki-lakinya yang jaga jarak setelah menikah, tidak usah gosip deh, itu artinya si Laki-laki sedang melaksanakan tanggung jawabnya.


Makassar, 28 Juli 2018

Lawakan Gagal

Posted by Kayuya on 01.15.00 with No comments

Lawakan Gagal
Oleh : Kayuya

https://baituljannah.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com


“Airi!” dipanggilnya namaku.
“Iya. Ada apa, Aa’?” kujawab sekenanya.
“Boleh teu Aa’ manggilnya Say?”
“Boleh. Panggil aja, kenapa harus izin segala?” kataku masih dengan nada sekenanya.
“Ya, takutnya kamu marah aku panggil Say.”
“Kenapa marah?” aku mulai bertanya-tanya.
“Soalnya nanti disangka kang sayur yang menyehatkan perasaanku. hehehe”
Dia pun tersenyum dihadapanku memperlihatkan gigi yang tidak teratur susunannya. Aku heran, apa sebenarnya yang lucu? Tidak ada. Tapi begitulah dia, sering sekali melempar joke yang menurutku tidak lucu sama seklai. Untuk menjaga perasaannya, aku pun memaksakan tertawa. Dengan begitu dia akan terus berusaha menghiburku.
Itulah sosok Zainal, suamiku. Sudah 6 bulan lamanya aku menjalani hidup berumah tangga dengannya. Kami menikah karena dijodohkan orang tua, dan satu-satunya alasan aku menerima perjodohan ini adalah karena dia soleh dan rajin ke masjid untuk shalat berjamaah.
Selama enam bulan menikah, sudah beberapa kali aku mendapati ia membaca buku tentang lawakan. Namun anehnya tiap ketahuan dia akan dan mengatakan bahwa buku itu milik Danang, adik laki-lakinya yang masih SMA itu selalu saja menjadi kambing hitam. Padahal aku sendiri pun tau alasan sebenarnya dia membeli buku itu karena dia ingin menjadi orang yang humoris seperti tipe laki-laki idamanku
Setelah dipikir-pikir kembali, dia tidak terlalu buruk. Aku sering mendapati diriku senyum-senyum sendiri tatkala mengingat kembali tingkahnya, lucu sekali.
“Airi, kok senyum-senyum sendiri?” tanyanya.
Aku yang sedang mengupas kulit wortel untuk membuat bakwan pun seketika menyadari bahwa saat itu aku sedang tersenyum memikirkan lelucon gagalnya barusan.
“Airi kesurupan ya? Aa’ panggil Mang Ujang dulu ya, mungkin dia bisa nyembuhin Airi yang kesurupan, soalnya kan suara azannya bagus. Ya udah, aku pergi dulu, Assalamualaikum.” Katanya panjang lebar sebelum akhirnya lari keluar rumah.
“Eh, Aa’...,” aku berusaha menghentikan, namun dia sudah terlanjur keluar “... Walaikumsalam.” Kataku pasrah.
Sekitar lima belas menit kemudian dia pun kembali sembari menarik-narik lengan seorang laki-laki paru baya yang sering dipanggil Mang Ujang oleh warga sekitar.
“Ayo Mang, buru, nanti setan dalam istri saya ngamuk-ngamuk.” Katanya dengan ekspresi wajah panik.
“Sabar, Nak.” Kata Mang Ujang menenangkan suamiku yang sudah sangat panik.
“Assalamualaikum, Airi. Nih, Mang Ujangnya udah datang” Teriaknya lantang sampai terdengar oleh seisi rumah.
“Walaikumsalam.”
“Ada apa ini?” Tanya Ibu mertuaku keheranan saat keluar dari kamar melihat Mang Ujang sudah ada di rumah.
“Ini, Bu. Airi kesurupan.”
“Hah?” Ibu mertuaku melihat ke arahku.
“Iya, Bu. Tadi Airi senyum-senyum sendiri waktu ngupas kulit wortel.” Jelas Suamiku.
“Neng teh kesurupan?” tanya ibu mertuaku.
Aku menggelengkan kepala sebagai jawaban.
“Mang Ujang teh naha dieu?” tanya Ibu mertuaku lagi.
“Punten Ambu, saya juga teu ngartos, atuh tadi kan saya teh langsung ditarik-tarik sama si Aa’nya. Padahal teh tadinya saya mau azan di Masjid, soalna udah masuk waktu asar.”
“Nya ampun gusti rabbi, Zainal. Bolotna teu katulungan.”
“Sumpah demi Allah, Ambu. Tadi teh Neng Airi sanyum-sanyum saorangan.” Kata Zainal sambil telunjuknya menunjuk ke atas.
“Sanyum-sanyum saorang bukan berarti kasurpan. Artina teh, si Enengna lagi bahagia. Kumaha maneh teh, sifat istri sendiri teu ngartos. Sudahlah, Ambu mau ambil air wudhu.”
“Kalau gitu teh, saya juga permisi. Mau ke Masjid. Punten A’ saya teh teu bisa nyembuhkeun orang kesurupan.”
Percakapan panjang lebar yang terjadi baru saja membuatku tidak mampu menahan gelak tawa. Ternyata di dunia ini masih ada orang seperti suamiku, lugu dan polos. Yang membuatku heran sampai sekarang adalah, mengapa dengan sifatnya yang demikian dia bisa menciptakan desain baju baju kaos yang keren-keren ya?


-SELESAI-