04 Oktober 2021

Laporan Praktikum "TITRIMETRI" Bagian I

Posted by Kayuya on 21.44.00 with No comments

 Laporan Praktikum Bagian I

"TITRIMETRI"

Halo pejuang colap, masih semangat kan kuliahnya?

Capek ya? Sama, saya juga 😂. Semoga kalian masih tetap semangat, ya. Jangan kasih kendor. Satu lagi colap yang masih tersmpan di file laptop saya, semoga bisa adik-adik jadikan refrensi dalam membuat laporan praktikum. Jalani praktikum dengan baik, karena semua ini akan berlalu suatu saat nanti. Jadi contoh laporan ini saya jadikan dua bagian karena terlalu panjang, kalau mau diedit lagi susah. Untuk bagian II bisa lihat di Laporan "TITRIMETRI" Bagian II



A.    Judul Percobaan

Titrimetri

 

B.     Tujuan Percobaan

Mahasiswa diharapkan mampu untuk mengetahui:

1.      Cara penentuan karbonat dan pembuatan larutan standar HCl

2.      Cara menstandarisasi HCl

3.      Cara penentuan campuran karbonat dan bikarbonat.

 

C.    Landasan Teori

Konsentrasi biasanya dinyatakan sebagai (sebagai contoh) 1 M (1,026) atau 0,5 M (0,998). Konsentrasi nominal dinyatakan sebagai molaritas, sementara angka di dalam kurung merupakan faktor (f) larutan. Faktor suatu larutan volumetrik menunjukkan besarnya perbedaan antara kekuatan larutan yang diberikan dengan nominalnya atau kekuatan yang diinginkan. Larutan yang pertama di atas sedikit lebih kuat dari 1 M karena nilai faktor lebih besar dari 1,000. Larutan yang kedua sedikit lebih  lemah dari 0,5 molar karena nilai faktor kurang dari 1,000 memiliki kekuatan yang tetap sesuai dengan molaritas yang tertera. Faktor digunakan dalam analisis volumetrik karena dapat menyederhanakan perhitungan (tujuan yang diinginkan dalam hal apa pun) (Cairns. 2009:126).

Analisis kimia memegang peranan yang penting dalam bidang kedokteran. Jenis dan kadar senyawa-senyawa kimia yang ada dalam sampel (contoh) cairan intrasel, cairan ekstrasel, atau organ-organ tubuh yang lain dapat diketahui dengan analisis secara kimia. Selain itu, analisis kimia dapat digunakan untuk pemeriksaan obat-obatan, makanan, minuman, dan bahan-bahan kimia yang apabila berkontak dengan tubuh atau masuk ke dalam tubuh dapat mengganggu kesehatan. Dalam laboratorium klinik, banyak dilakukan pemeriksaan secara kimiawi, misalnya pemeriksaan kadar glukosa, kolesterol, trigliserida, asam urat, kreatinin, natrium, kalium, kalsium dalam darah atau pemeriksaan protein, glukosa, bilirubin, dan urobilinogen dalam urine. Hasil pemeriksaan ini dapat dipakai oleh dokter untuk menentukan langkah selanjutnya dalam pengobatan pasien. Pada dasarnya, analisis imia dapat dilakukan dengan (a) analisis kualitatif yang bertujuan untuk mencari jenis ion, molekul, atau radikal yang terdapat dalam sampel; (b) analisis kuantitatif yang bertujuan untuk menentukan kadar ion atau molekul dalam suatu sampel; (c) analisis instrumental, yakni analisis kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan peralatan elektronik (Sumardjo.:4).

Analisis titrimetri (hingga kini sering dinamai analisis volumetri), zat yang akan ditetapkan dibiarkan bereaksi dengan suatu reagensia yang cocok yang ditambahkan sebagai suatu larutan baku, dan volume larutan yang diperlukan untuk mengakhiri reaksi ditetapkan. Tipe yang biasa digunakan dalam titrimetri adalah (a) reaksi penetralan (asam basa); (b) reaksi pembentukan-kompleks; (c) reaksi pengendapan; (d) reaksi oksidasi-reduksi (Bassett, Dkk. 1994:6)

Dalam setiap metode titrimetri selalu terjadi reaksi kimia antara komponen analit dengan zat pendeteksi yang disebut titran. Rekasi dasar antara komponen analit dengan titran dinyatakan dengan persamaan umum:

aA + tT → produk

“a” adalah jumlah mol analit (A) yang bereaksi secara stoikiometri dengan “t” mol titrab (T) atau “a” dan “t” menggambarkan koefisien reaksi dalam persamaan reaksi setaranya. Analit adalah komponen dari larutan sampel yang hendak ditetapkan kuantitasnya. Titran adalah larutan standar yang telah diketahui dengan tepat konsentrasinya. Titran ditambahkan ke dalam larutan analit menggunakan peralatan khusus yang disebut buret sampai jumlah tertentu hingga tercapai titik ekivalen yang umumnya ditandai oleh perubahan zat tertentu yang sengaja dimasukkan ke dalam larutan anallit yang dikenal sebagai indikator. Perubahan indikator terjadi bila semua analit telah bereaksi dengan titran. Kelebihan sedikit titiran bereaksi dengan indikator, sehingga terjadi perubahan pada indikator, yang biasanya ditunjukkan oleh perubahan warna. Kelebihan titran diupayakan sekecil mungkin mealui penambahan titran tetes demi tetes agar tercapai kesalahan sekecil mungkin (Ibnu, DKK. 2004:93).

Istilah ekivalen bertujuan untuk mempermudah perhitungan stoikiometri dalam titrimetri. Kita telah melihat bahwa titrasi melibatkan penambahan titran sampai jumlahnya secara kimiawi ekivalen dengan analit dan pada titik ini disebut titik ekivalen (equivalence point, EPt). Pada EPt jumlah mol analit dan titran mungkin saja sama dan mungkin juga tidak. Ekivalen akhirnya didefinisikan pada EPt ekivalen dari analit dan titran selalu sama. Berat gram-ekivalen (yang biasa disingkat berat ekivalen, BE) dari sebuah asam atau basa didefinisikan dengan 1 mol H+ (1,008 g). BE dari substansi tersebut dinamakan ekivalen (eq), sama seperti BE yang dinamakan mil. Satu millli ekuivalen (meq) adalah seperseribu dari satu ekivalen (Underwood & Day. 2002:57).

Analisa volumetri merupakan salah satu metode analisa kwantitatif, yang sangat penting penggunaannya dalam menentukan konsentrasi zat yang ada dalam larutan. Keberhasilan analisa volumetri ini sangat ditentukan oleh adanya indikator yang tepat sehingga mampu menunjukkan titik akhir titrasi yang tepat. Kurkumin, zat warna yang terkandung dalam umbi tanaman kunyit (Curcuma domestica val.) ternyata mampu berfungsi sebagai indikator karena terjadinya perubahan warna dari kuning muda coklat menjadi coklat pada pH sekitar 4,5 – 9,9 (Harjanti. 2008:49). Pengaruh ukuran butir kunyit memaparkan bahwa ukuran serbuk kunyit yang semakin kecil ternyata akan menghasilkan kurkumin yang semakin banyak. Hal ini disebabkan pada ukuran butir semakin kecil akan memudahkan pelarut dalam melarutkan minyak atsiri, beserta zat warna, resin, dan zat-zat lain seperti protein dan waxe yang terkandung dalam serbuk kunyit. Kurkumin dengan kadar 5,158 mg/mL diencerkan dengan pelarut alkohol (berdasarkan persen volume) dalam berbagai variasi. Hasil yang diperoleh digunakan sebagai indikator titrasi, untuk mengetahui seberapa banyak kurkumin yang digunakan, agar perubahan warna pada saat akhir titrasi terlihat jelas (Harjanti. 2008:52).

Peningkatan kadar logam berat dalam air laut akan diikuti peningkatan kadar logam berat dalam biota laut yang pada gilirannya melalui rantai makanan akan menimbulkan keracunan akut dan khronik, bahkan bersifat karsinogenik pada manusia konsumen hasil laut (Keman, 1998). Penelitian yang telah dilakukan oleh Pikir (1993) dengan metode Spektroskopi Serapan Atom (SSA) menyimpulkan bahwa kerang yang berasal dari Pantai Kenjeran Suraba ya, mengandung logam berat Cadmium (Cd) sebesar 1,22 ppm dan kerang dari Pantai Keputih Surabaya, mengandung 1,09 ppm logam berat Cadmium. Penelitian lain yang dilakukan dengan metode yang sama oleh Moesriati (1995) terhadap beberapa jenis ikan dan kerang di Pantai Kenjeran Surabaya menyatakan bahwa kadar logam berat Cadmium dalam daging kerang adalah 1,21 ppm (Sari, 2005:124-125).

 

D.    Alat dan Bahan

1. Alat

a.       Gelas Kimia 50 mL                                  3 buah

b.      Labu Erlenmeyer 250 mL                         9 buah

c.       Labu Takar 100 mL                                  1 buah

d.      Pipet volume 25 mL                                 1 buah

e.       Ball pipet                                                  1 buah

f.        Corong Biasa Kecil                                   1 buah

g.      Neraca Analitik                                         1 buah

h.      Corong Biasa                                            2 buah

i.        Pipet tetes                                                  3 buah

j.        Batang pengaduk                                      1 buah

k.      Statif dan klem                                          2 buah

l.        Spatula                                                      1 buah

m.    Botol semprot                                           1 buah

n.      Lap kasar dan lap halus                            1 buah

o.      Gelas ukur 10 mL                                     1 buah

p.      Sikat tabung                                              1 buah

q.      Gelas Ukur 50 mL                                    1 buah

2. Bahan

a.       Larutan Asam Klorida (HCL) 0,1 N 235,3 ml

b.      Indikator metil orange 6 tetes

c.       Barium Klorida (BaCl2) 10 %  3 tetes

d.      Aquades (H2O) 100 ml

e.       Larutan sampel Campuran Karbonat dan Bikarbonat (HCO3- dan CO32-) 50 ml

f.        Boraks (Na2B4O7.10 H2O) 0,4 gram

g.      Kertas Saring

h.      Tissu

 

E.     Prosedur Kerja

1. Standarisasi HCl

a.    Menimbang 0,406 gram boraks dan melarutkannya ke dalam aquades hinnga 100 mL di dalam labu takar.

b.    Mengambil 25 ml (dengan pipet volume) larutan boraks dan memasukkan ke dalam Erlenmyer kemudian menambahkan 1 tetes indikator metil orange.

c.    Menitrasi larutan dengan larutan standar sampai terjadi perubahan warna kuning menjadi orange kemudian mencatat volume titran

d.    Mengulangi cara kerja 2 sampai 3 sebanyak 3 kali dan dicatat volume rata-rata titran.

e.    Menghitung konsentrasi HCl standar, 

2. Penentuan campuran karbonat dan bikarbonat

a.    Mengambil 25 ml larutan sampel campuran, menambahkan 1 tetes indikator MO, dititrasi dengan larutan HCl standar 0,1 N

b.    Mengulangi cara kerja (1) sebanyak 3 kali , dan mencatat volume titran rata-rata sebagai V1 (ml).

c.    Mengambil 25 ml larutan sampel campuran

d.    Menambahkan 1 tetes larutan BaCl2 10% sampai tidak terbentuk endapan lagi.

e.    Membiarkan endapan turun,  menyaring kemudian menitrasi filtrat dengan larutan HCl standar 0,1 dengan indikator MO sebanyak 1 tetes.

f.     Mengulangi cara kerja (3) sebanyak 2 kali di catat volume rata-rata titran sebagai V2 (ml).

g.    Menghitung kadar karbonat dan bikarbonat dalam sampel.

 

Untuk bagian hasil pengamatan, analisis data dan pembasa baca Di sini

 

DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. Denney, R.C. Jeffery, G.H. Mendham. 1994. Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

Cairns, Donald. 2004. Intisari Kimia Farmasi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

Harjanti, Sri, Ratna. 2008. Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma domestica val.) dan Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis Volumetri. Jurnal Rekayasa Proses. Vol. 2, No. 2. Yogyakarta

dan Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis Volumetri

Ibnu, Sodiq. Dkk. 2004. Common Textbook Kimia Analitik 1. Malang: Universitas Negeri Malang

Sari, Indah, Fitri. Soedjajadi, Keman. 2005. Efektifitas Larutan Asam Cuka. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.1, No.2.

Sumardjo, Damin. . Pengantar Kimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

Underwood dan Day. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.

 

 

Categories:

0 comments:

Posting Komentar