27 Desember 2018

Dampak Penggunaan Bahan Kimia Sehari-hari Terhadap Lingkungan

Posted by Kayuya on 00.22.00 with No comments

DAMPAK PENGGUNAAN BAHAN KIMIA SEHARI-HARI TERHADAP LINGKUNGAN


A. Jenis Bahan Kimia di Lingkungan

Bahan kimia merupakan suatu zat atau senyawa dapat berwujud padat, cair atau gas, dan berdasarkan komponen penyusunnya berbentuk tunggal atau persenyawaan (campuran) yang berasal dari alam maupun hasil proses produksi (Oxlade, 2003).

Bahan kimia merupakan zat atau senyawa yang berasal dari alam maupun hasil olah tangan manusia (produksi) yang komponen penyusunya dapat berupa zat atau senyawa tunggal maupun hasil perpaduan dari beberapa zat atau senyawa.

Bahan kimia berbahaya adalah bahan-bahan yang pembuatan, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan penggunaanya menimbulkan atau membebaskan debu, kabut, uap, gas, serat, atau radiasi sehingga dapat menyebabkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, keracunan dan bahaya lain dalam jumlah yang memungkinkan gangguan kesehatan bagi orang yang berhubungan langsung.

Menurut Meyer (1989) Secara konvensional, terdapat 7 kelas bahan berbahaya, yaitu:
  1. Materi mudah terbakar (flammable material)  Padat, cair, uap,atau gas yang menyala dengan mudah dan terbakar secara cepat bila dipaparkan pada sumber nyala, misalnya pelarut (solvent) seperti benzene, ethanol, debu aluminum, gas hidrogen dan metan.
  2. Materi yang spontan terbakar (spontaneously ignitable material)  Padat atau cair yang dapat menyala secara spontan tanpa sumber nyala, misalnya karena perubahan panas, tekanan atau kegiatan oksidasi atau kegiatan lain seperti aktivitas mikrobiologis. Contoh materi ini misalnya fosfor putih.
  3. Peledak (explosive)  Materi kimia ini dapat meledak, biasanya karena adanya kejutan (shock), panas, atau mekanisme lainnya. Contoh materi ini misalnya dinamit dan trinitrotoluene (TNT).
  4. Pengoksidasi (oxidizer)  Materi yang menghasilkan oksigen, baik dalam kondisi biasa atau bila terpapar dengan panas. Contoh materi ini adalah amonium nitrat dan benzoyl peroksida.
  5. Materi korosif  Padat atau cair seperti asam kuat atau basa kuat, yang dapat membakar dan merusak jaringan kulit bila berkontak dengannya.
  6. Materi toksik  Racun yang dalam dosis kecil dapat membunuh atau mengganggu kesehatan, seperti karbon monoksida dan hidrogen sianida.
  7. Materi radioaktif  Radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. bahan radioaktif yang terpapar ke lingkungan dapat menimbulkan efek somatik dan efek genetik. Apabila ada makhluk hidup yang terkena radiasi atom nuklir yang berbahaya biasanya akan terjadi mutasi gen karena terjadi perubahan struktur zat serta pola reaksi kimia yang merusak sel-sel tubuh makhluk hidup baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan atau binatang.

Jika ditinjau dari asalnya, bahan kimia dapat dibagi ke dalam dua golongan, yaitu:
  1. Bahan kima alami, yaitu bahan kimia yang terdapat di alam. Misalnya air, kayu, bawang, kunyit, dan lain-lain. 
  2. Bahan kimia sintesis, atau bahan kimia buatan pabrik. Misalnya deterjen, plastik, sampo, bahan pembasmi serangga, dan lain-lain.

Bahan kimia alami umumnya tidak menimbulkan masalah, baik  bagi manusia maupun lingkungan. Sebaliknya bahan kimia sintesis dapat menimbulkan masalah. Masalah dapat terjadi karena ada beberapa bahan kimia yang bersifat racun, atau sukar terurai oleh mikroorganisme, sehingga limbahnya mencemari lingkungan.

Berikut beberapa produk bahan kimia yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari dapat memicu kerusakan lingkungan karena frekuensi pemakaian yang tinggi:

1. Bahan pembersih
pict : https://encrypted-tbn0.gstatic.com

Bahan pembersih yang sering digunakan yaitu sabun. Sabun mampu mengankat kotoran yang menepel pada kulit atau pakaian, kemudian melarutkannya dalam air. Selain sabun dikenal pula deterjen yang lebih ampuh dari sabun untuk mencuci pakaian. Kedalam deterjen ditambahkan bahan tertentu sehingga kotoran yang sudah lepas tidak menempel lagi pada cucian. Bahan pembersih yang lain misalnya pembersih lantai, pembersih kaca, dan lain-lain.

2. Bahan pemutih
pict ; https://adimulya882.files.wordpress.com

Pemutih pakaian digunakan untuk menghilangkan noda membandel yang menempel pada pakaian, serta dapat membunuh bakteri. Pemutih tersedia dalambentuk larutan maupun serbuk. Pemutih juga digunakan sebagai disinfektan.

Pemutih yang beredar dipasaran, umumnya mengandung senyawahipoklorit sebagai bahan aktifnya. Latutan pemutih mengandungsenyawa natrium hipoklorit (NaClO) dengan kadar 5,25% ; sedangkan serbuk pemutih mengandung senyawa kalsium hipoklorit, Ca(ClO)2. Senyawa hipoklorit mudah melepaskan klorin. dalam kadar tinggi klorin dapat merusak pakaian. 

Pemutih hipoklorit tidak baik untuk bahan poliester, sebab lebih memberikesan kuning daripada memutihkan. Pemutih merupakan bahan kimia yang sangat reaktif. Mencampur bahan pemutih dengan bahan rumah tangga lainnya dapat sangat berbahaya. Misalnya, jika pemutih dicampur dengan pembersih klosetyang mengandung asam klorida dapat menghasilkan gas klorin. Gasklorin dapat merusak saluran pernafasan, dan jika kadarnya cukup besar dapat mematikan. Mencampur pemutih dengan ammonia juga menghasilkan gas beracun, yaitu kloramin (NH2Cl) dan hidrazin (N2H4). Oleh karena itu jangan sekali-kali mencampur pemutih dengan bahan lain tanpa petunjuk atau pengetahuna yang jelas.

3. Bahan pewangi
pict ; https://1.bp.blogspot.com

Senyawa yang digunakan sebagai bahan pewangi biasanya diperoleh dari alam, misalnya tananman melati dan mawar. Namun para ahli juga berupaya mendapatkan senyawa buatan (sintesis) yang lebih murah daripada yang alami. Seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan ini semakin berkembang.

Pewangi atau parfum digunakan pada setiap produk, mulai dari produk kebutuhan wanita, hingga produk kebutuhan rumah tangga seperti cairan pembersih bahkan obat anti nyamuk. Produk yang memiliki wewangian yang khas dan menarik memang cukup digemari oleh masyarakat, karena memang kesan bersih, segar dan menyenangkan akan ditimbulkan dari wewangian tersebut. Namun apakah penambahan zat pewangi atau parfum pada beberapa produk harian atau kosmetik tersebut aman bagi penggunanya? Bagaimana dengan ibu hamil yang mengirupnya apakah wangi tersebut benar-benar murni terbuat dari campuran bunga dan buah seperti yang dicantum pada kemasan atau pada iklan produk tersebut. Mungkinkah kita mendapatkan wewangian yang benar-benar asli dan aman dengan harga yang sangat murah?

4. Bahan pembasmi serangga
pict ; http://2.bp.blogspot.com
Kita sering menggunakan obat nyamuk untuk mengusir nyamuk, begitupun petani yang menggunakan obat pembasmi serangga untuk membunuh belalang, atau kumbang penggerek. Bahan Pembasmi serangga tergolong zat yang bersifat racun. Zat ini tidak hanya beracun bagi serangga, tetapi juga bagi berbagai jenis hewan lain, bahkan bagi manusia. Adapun macam-macam obat pembasmi serangga yaitu DDT, aldrin, dieldrin, dan endrin. Meskipun demikian, obat pembasmi serangga juga berbahaya jika digunakan secara berlebihan. Efek samping obat pembasmi serangga dalam dunia pertanian dapat merusak kesehatan karena terutama kesehatan petani yang menggunakannya. Oleh karena itu sebaiknya diperhatikan cara pengggunaannya. DDT yang sering digunakan dirumah.


B. Dampak yang Ditimbulkan dari Proses Bahan Kimia

1. Bahan Pembersih/Deterjen

Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, harus diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada deterjen dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap kesehatan maupun lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk deterjen yakni surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap manusia dan lingkungannya. Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban alami yamg ada pada permukan kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar. 

Hasil pengujian memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan kima dengan kandungan 1% LAS dan AOS dengan akibat iritasi ‘sedang’ pada kulit. Surfaktan kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan surfaktan anionik dan non-ionik. Sisa bahan surfaktan yang terdapat dalam deterjen dapat membentuk chlorbenzene pada proses klorinisasi pengolahan air minum PDAM. Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan.Padaawalnya surfaktan jenis ABS banyak digunakan oleh industri deterjen. Namun karena ditemukan bukti-bukti bahwa ABS mempunyai risiko tinggi terhadap lingkungan, bahan ini sekarang telah digantikan dengan bahan lain yaitu LAS.

Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam deterjen adalah phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam produk deterjen, sebagai softener air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat aksi softenernya, efektivitas dari daya cuci deterjen meningkat. Phosphate yang biasa dijumpai pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate (STPP). Phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup.

Akan Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan air, sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan algae (phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan bakteri. Populasi bakteri yang berlebihan akan menggunakan oksigen yang terdapat dalam air sampai suatu saat terjadi kekurangan oksigen di badan air dan pada akhirnya justru membahayakan kehidupan mahluk air dan sekitarnya. Di beberapa negara, penggunaan phosphate dalam deterjen telah dilarang. Sebagai alternatif, telah dikembangkan penggunaan zeolite dan citrate sebagai builder dalam deterjen.

Deterjen yang selama ini kita gunakan untuk mencuci pakaian sebenarnya merupakan hasil sampingan dari proses penyulingan minyak bumi yang diberi berbagai tambahan bahan kimia seperti fosfat, silikat, bahan pewarna, dan bahan pewangi. Generasi awal deterjen pertama kali muncul dan mulai diperkenalkan ke masyarakat sekitar tahun 1960-an dengan menggunakan bahan kimia pengaktif permukaan (surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) sebagai penghasil busa. (Wikipedia, 2009).

Polusi atau pencemaran adalah keadaan dimana suatu lingkungan sudah tidak alami lagi karena telah tercemar oleh polutan. Misalnya air sungai yang tidak tercemar airnya masih murni dan alami, tidak ada zat-zat kimia yang berbahaya, sedangkan air sungai yang telah tercemar oleh detergen misalnya, mengandung zat kimia yang berbahaya, baik bagi organisme yang hidup di sungai tersebut maupun bagi makhluk hidup lain yang tinggal di sekitar sungai tersebut.

Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari lingkungan. Air limbah detergen termasuk polutan karena didalamnya terdapat zat yang disebut ABS. Jenis deterjen yang banyak digunakan di rumah tangga sebagai bahan pencuci pakaian adalah deterjen anti noda. Deterjen jenis ini mengandung ABS (alkyl benzene sulphonate) yang merupakan deterjen tergolong keras. Deterjen tersebut sukar dirusak oleh mikroorganisme (nonbiodegradable) sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan (Rubiatadji, 1993). Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen kategori keras ini dalamkonsentrasi tinggi akan mengancam dan membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut.

Awalnya inovasi yang dianggap cemerlang ini ini mendapatkan respon yang menggembirakan. Namun seiring berjalannya waktu, ABS setelah diteliti lebih lanjut diketahui mempunyai efek destruktif (buruk) terhadap lingkungan yakni sulit diuraikan oleh mikroorganisme. Hal ini menjadikan sisa limbah deterjen yang dikeluarkan setiap hari oleh rumah tangga akan menjadi limbah berbahaya dan mengancam stabilitas lingkungan hidup kita.

Beberapa negara di dunia secara resmi telah melarang penggunaan zat ABS ini dalam pembuatan deterjen dan memperkenalkan senyawa kimia baru yang disebut Linier Alkil Sulfonat, atau lebih sering jika kita lihat di berbagai label produk deterjen yang kita pakai dengan nama LAS yang relatif lebih ramah lingkungan.

Efek paling nyata yang disebabkan oleh limbah deterjen rumah tangga adalah terjadinya eutrofikasi (pesatnya pertumbuhan ganggang dan enceng gondok). Limbah deterjen yang dibuang ke kolam ataupun rawa akan memicu ledakan pertumbuhan ganggang dan enceng gondok sehingga dasar air tidak mampu ditembus oleh sinar matahari, kadar oksigen berkurang secara drastis, kehidupan biota air mengalami degradasi, dan unsur hara meningkat sangat pesat. Jika hal seperti ini tidak segera diatasi, ekosistem akan terganggu dan berakibat merugikan manusia itu sendiri, sebagai contoh saja lingkungan tempat pembuangan saluran selokan. Secara tidak langsung rumah tangga pasti membuang limbah deterjennya melalui saluran selokan ini, dan coba kita lihat, di penghujung saluran selokan begitu banyak eceng gondok yang hidup dengan kepadatan populasi yang sangat besar.

Selain merusak lingkungan alam, efek buruk deterjen yang dirasakan tentu tak lepas dari para konsumennya. Dampaknya juga dapat mengakibatkan gangguan pada lingkungan kesehatan manusia. Saat seusai kita mencuci baju, kulit tangan kita terasa kering, panas, melepuh, retak-retak, gampang mengelupas hingga mengakibatkan gatal dan kadang menjadi alergi.

Deterjen sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari beberapa kajian menyebutkan bahwa deterjen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan bersifat karsinogen, misalnya 3,4 Benzonpiren, selain gangguan terhadap masalah kesehatan, kandungan detergen dalam air minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak.

Dalam jangka panjang, air minum yang telah terkontaminasi limbah deterjen berpotensi sebagai salah satu penyebab penyakit kanker (karsinogenik). Proses penguraian deterjen akan menghasilkan sisa benzena yang apabila bereaksi dengan klor akan membentuk senyawa klorobenzena yang sangat berbahaya. Kontak benzena dan klor sangat mungkin terjadi pada pengolahan air minum, mengingat digunakannya kaporit (dimana di dalamnya terkandung klor) sebagai pembunuh kuman pada proses klorinasi.

Pada percobaan tersebut dapat dianalisa bahwa deterjen itu memang mempunyai dampak buruk terhadap berbagai lingkungan kehidupan kita. Baik itu lingkungan terrestrial dimana kita hidup, kemudian lingkungan perairan termasuk organisme yang hidup di dalamnya, atau bahkan juga lingkungan kesehatan manusia sendiri yang sebenarnya tanpa kita sadari mulai perlahan-lahan menyerang kesehatan kita.

Deterjen fosfat tinggi seperti tri-natrium fosfat (TSP) dapat dibeli di beberapa toko cat dan perangkat keras. Pembersihan secara teratur dengan deterjen fosfat tinggi telah terbukti efektif dalam mengurangi debu di yang terdapat di jendela dan di sekitar pintu. Apa yang terjadi jika limbah deterjent bercampur dengan air?

Deterjen memiliki efek beracun dalam air. Semua deterjent menghancurkan lapisan eksternal lendir yang melindungi ikan dari bakteri dan parasit, selain itu detergent dapat menyebabkan kerusakan pada insang. Kebanyakan ikan akan mati bila konsentrasi deterjent 15 bagian per juta. Detergent dengan konsentrasi rendah pun sebanyak 5 ppm tetap dapat membunuh telur ikan. Surfaktan deterjen pun tak kalah berbahaya karena jenis detergent ini terbukti mengurangi kemampuan perkembangbiakan organisme perairan.

Deterjen juga memiliki andil besar dalam menurunkan kualitas air. Bahan kimia organik seperti pestisida dan fenol akan mudah diserap oleh ikan, dengan konsentrasi deterjen hanya 2 ppm dapat diserap ikan dua kali lipat dari jumlah bahan kimia lainnya.Detergent juga memberi efek negatif bagi biota air. Fosfat dalam deterjen dapat memicu ganggang air tawar bunga untuk melepaskan racun dan menguras oksigen di perairan. Ketika ganggang membusuk, mereka menggunakan oksigen yang tersedia untuk mempertahankan hidupnya.

2. Bahan Kimia Pemutih

Pemutih (bleaching agent) adalah bahan-bahan kimia yang dapat digunakan untuk mengatasi kotoran yang membandel pada pakaian. Bahan aktif yang terkandung dalam pemutih pakaian, antara lain natrium hipoklorit atau natrium perklorat. Namun demikian, pemakaian pemutih yang terlalu sering dan berlebihan dapat menyebabkan pakaian cepat rusak. Ini disebabkan bahan aktif tersebut dapat merusak partikel-partikel dan serat kain. Pemakaian pemutih yang berlebih dan terlalu sering menyebabkan serat-serat kain menjadi keras dan rapuh, dan dapat mengakibatkan memudarnya warna pada pakaian berwarna.

 Penggunaan pemutih yang berlebihan selain dapat menyebabkan kerusakan juga berdampak negatif pada lingkungan. Jika air bekas cucian yang mengandung pemutih dibuang ke tanah maupun ke sungai-sungai dapat menimbulkan pencemaran air. Selain itu, dalam pemutih terkandung zat-zat aktif dan bahan-bahan yang bersifat korosif yang dapat membunuh bakteri menguntungkan dalam tanah. Akibatnya, kesuburan tanah dapat terganggu. Lebih luas lagi pembuangan limbah yang mengandung pemutih akan menimbulkan pencemaran lingkungan baru.

Khusus untuk pemutih wajah yang ditawarkan, kita harus hati-hati dalam memilih maupun menggunakannya. Hal ini karena beberapa produk pemutih wajah dan tubuh terbukti mengandung logam berat merkuri (raksa). Pemutih yang mengandung merkuri jika digunakan secara terus-menerus dapat bersifat sebagai racun di dalam tubuh dan dapat menyebabkan kanker (bersifat karsinogen). Penggunaan bahan pemutih gigi pun, juga dapat menimbulkan efek samping berupa gigi yang sensitif, iritasi pada mukosa dan rasa sakit pada gusi.

3. Bahan Pewangi

Pemakaian pewangi secara berlebihan dapat menyebabkan efek samping bagi kesehatan, misalnya pusing dan mual-mual. Selain itu, bahan pelarut pada beberapa jenis pewangi dapat menyebabkan iritasi pada kulit yang sensitif. Berdasarkan hasil studi terdahulu (WHO), jika zat kamper (naftalen) kontak langsung pada bayi secara perkutan (penyerapan melalui kulit) dan paparannya sering serta berlebihan dalam penggunaaannya, dapat menyebabkan peningkatan kadar billirubin dalam darah yang dapat mengganggu sistem saraf pusat.

Zat penambah lain dalam yang terkandung dalam pewangi  juga dapat merusak lingkungan seperti pada umumnya pewangi yang dikemas dengan bentuk semprot menggunakan bahan pendorong (propelan) dari golongan kloro fluoro karbon (CFC). Bahan kimia inilah yang dapat mengakibatkan kebocoran lapisan ozon.

CFC merupakan jenis bahan kimia yang membutuhkan jangka waktu sangat lama untuk dapat mengalami biodegradasi (penguraian). Radikal bebas (atom) klorin yang dilepaskan oleh CFC di atmosfer akan menguraikan O3 menjadi gas oksigen (O2) dan radikal bebas O.

Satu radikal bebas klorin akan dapat menguraikan ozon menjadi oksigen sampai berkali-kali. Hal inilah yang menyebabkan lapisan ozon semakin tipis dan akhirnya timbul lubang ozon.

Akibat adanya lubang ozon, radiasi sinar matahari dapat masuk ke bumi tanpa melalui filter terlebih dahulu sehingga suhu permukaan bumi semakin meningkat.Kondisi seperti ini menjadi penyebab semakin tingginya permukaan air laut karena banyak es di daerah kutub yang mencair akibat makin tingginya suhu di atmosfer bumi.

4. Pembasmi Serangga

Efek negatif penggunaan pembasmi serangga jika digunakan secara berlebihan, tidak sesuai dengan aturan yang telah ditentukan, dan terus menerus dapat menimbulkan endapan zat kimia pada ruangan tersebut yang dapat meracuni tubuh, gangguan sistem pernapasan, pencernaan manusia serta dapat menyebabkan serangga yang bersangkutan menjadi kebal (imun) terhadap pembasmi serangga tersebut. Bahan insektisida ini umumnya beracun karena mengandung karsinogenik, seperti kerbamat, fosfat, dan klorin.

Beberapa efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan insektisida ini, antara lain:
  • Insektisida yang mengandung klorin dapat menyebabkan lapisan ozon menipis dan berlubang. Jika lapisan ozon menipis, maka sinar ultraviolet masuk dan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit.
  • Obat anti nyamuk mengandung bahan aktif berupa diklorvos, propoxur, pirethroid, dan diethiltoluamid. Semua bahan itu sangat berbahaya karena bisa menyebabkan berbagai macam penyakit ganas. Salah satunya adalah kanker.
  • Pembuangan bahan-bahan pembasmi serangga yang sudah tidak terpakai secara sembarang dapat menyebabkan rusaknya fungsi lingkungan hidup.


C. Cara Mencegah dan Mengatasi  Bahaya Bahan Kimia

1. Pembersih/ Deterjen

Kesadaran masyarakat pengguna deterjen mesin akan dampak dibalik manfaat deterjen mesin cuci perlu ditingkatkan. Peran serta masyarakat dalam mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan deterjen sangat diharapkan. Banyaknya pilihan produk yang diinformasikan melalui iklan memang bisa menguntungkan konsumen. Tetapi konsumen tetap perlu berhati-hati, karena kesalahan memilih produk akan merugikan konsumen sendiri. Sebaiknya konsumen memilih deterjen yang pada kemasannya mencantumkan penandaan nama dagang, isi/netto, nama bahan aktif, nama dan alamat pabrik, nomor ijin edar, nomor kode produksi, kegunaan dan petunjuk penggunaan, juga tanda peringatan serta cara penanggulangan bila terjadi kecelakaan. Selain itu dianjurkan bagi konsumen untuk memilih produk yang mencantumkan bahan aktif yang lebih aman dan ramah lingkungan. Informasi mengenai produk ramah lingkungan dapat dilihat pada label baik berupa logo hijau maupun klaim ramah lingkungan.

Selain itu produsen sebaiknya memberikan informasi yang lebih lengkap mengenai produknya.Ada dua ukuran yang digunakan untuk melihat sejauh mana produk kimia aman di lingkungan yaitu daya racun (toksisitas) dan daya urai (biodegradable). ABS dalam lingkungan mempunyai tingkat biodegradable sangat rendah, sehingga deterjen ini dikategorikan sebagai ‘non-biodegradable’. Dalam pengolahan limbah konvensional, ABS tidak dapat terurai, sekitar 50% bahan aktif ABS lolos dari pengolahan dan masuk dalam sistem pembuangan. Hal ini dapat menimbulkan masalah keracunan pada biota air dan penurunan kualitas air. LAS mempunyai karakteristik lebih baik, meskipun belum dapat dikatakan ramah lingkungan. LAS mempunyai gugus alkil lurus / tidak bercabang yang dengan mudah dapat diurai oleh mikroorganisme.

Hal lain yang perlu diperhatikan oleh konsumen dalam menggunakan deterjen adalah cara penggunaan yang benar. Pada beberapa deterjen bubuk ternyata terdapat petunjuk yang tidak tepat. Yaitu ketika konsumen dianjurkan menggunakan takaran genggam. Hal ini sungguh berisiko karena deterjen bersifat basa yang berarti korosif terhadap kulit. Apalagi jika kulit pengguna bersifat sensitif, maka takaran deterjen yang menggunakan istilah ‘genggam’ tersebut akan langsung memberikan reaksi pada kulit berupa gatal, mengering dan pecah-pecah. Selain itu, takaran genggam bukan ukuran yang bersifat pasti, karena hanya berupa kira-kira yang sangat tergantung kepada ukuran tangan seseorang. Jadi kecenderungan konsumen untuk menggunakan berlebihan memang besar.

Disamping itu, karena slogan-slogan pada iklan produk deterjen baik di media elektronik maupun media cetak, timbul persepsi konsumen bahwa busa banyak bisa mencuci lebih bersih. Padahal busa yang terlalu banyak bukan berarti deterjen menjadi lebih efektif, malah sebaliknya, daya cucinya terhambat. Selain itu keberadaan busa-busa di permukaan badan air menjadi salah satu penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu sebaiknya konsumen menggunakan takaran khusus untuk deterjen dan produsen menyediakan alat takar tersebut di dalam kemasan produknya.

Air yang tercemari detergen dapat mengancam kehidupan organisme yang hidup di dalamnya, salah satunya adalah ikan. Selain ikan masih banyak organisme lain, seperti fitoplankton, zooplankton/protozoa, cyanobacteria, dan lain-lain. Jika organisme-organisme seperti fitoplankton mati, maka zooplankton akan mati karena tidak ada makanan, ikan-ikan pun akan mati karena zooplankton yang biasa dimakan tidak ada. Dengan kata lain detergen dan polutan lainnya yang mencemari air dapat memusnahkan seluruh organisme yang hidup di dalamnya. Besar tidaknya pengaruh detergen dan polutan lainnya pada ikan dan makhluk hidup lain tergantung pada konsentrasi polutan tersebut. Semakin tinggi konsentrasi polutan, semakin besar pengaruhnya.
Gunakanlah detergen sebijaksana mungkin, jangan buang air cucian ke perairan yang banyak organisme yang hidup di dalamnya. Gunakanlah ilmu pengetahuan kita untuk menciptakan solusi masalah ini, misalnya detergen yang ramah lingkungan.

2. Pemutih

Penggunaan pemutih  tidak dapat dihindari karena sebagian bahan kimia sangat menunjang kehidupan kita. Namun, penggunaan bahankimia secara tidak tepat bisa berdampak negatif bagi manusia danlingkungan. Untuk mencegah dampak negatif tersebut, ada beberapa hal penting yang perlu kita ketahui yaitu sebagai berikut:   
  • Selalu membaca label pada kemasan. Pada label biasanya terdapat petunjuk penggunaan produk secara aman, komposisi bahan-bahan kimia yang ada didalamnya, serta pertolongan pertama yang dapat dilakukan jika terjadi kesalahan penggunaan.
  • Menggunakan bahan/produk kimia secara wajar dan sesuai kebutuhan.
  • Tidak membuang sisa-sisa bahan kimia secara sembarangan, karena dikhawatirkan dapat mencemari lingkungan.
3. Bahan Pewangi

Secara kasat mata mungkin sulit untuk mengetahui mana pewangi yang aman dan mana yang berbahaya. Sebagai tindak pencegahannya, konsumen harus cerdik memilih pewangi dengan merek terdaftar/teregistrasi. Dengan demikian keamanannya minimal cukup terjamin di bawah lembaga pengawas/pemberi izin. Tentu saja demi keamanan konsumen, badan pengawas harus benar-benar mengontrol peredaran pewangi ini. Terlebih terhadap pewangi dengan kandungan zat-zat tertentu yang memang diketahui berisiko bagi kesehatan. Mengapa hal ini perlu ditekankan? Karena pihak produsen kerap tidak mau mencantumkan pada kemasan mengenai komposisi bahan-bahan dalam pewangi yang diproduksinya.

Bagi konsumen dianjurkan agar senantiasa cermat membaca label atau registrasi produk. Selain itu, gunakan pewangi seperlunya saja sesuai kebutuhan. Menggunakannya pun jangan berlebihan sambil selalu mengedepankan kehati-hatian dalam memilih produk. Jangan lupa untuk menyimpannya jauh dari jangkauan anak-anak, terutama balita. Tak kalah penting untuk diperhatikan, hindari produk pewangi dari kontak langsung dengan sinar matahari guna mencegah terjadinya perubahan kimiawi. Itulah mengapa hindari area yang langsung terpapar sinar matahari sebagai tempat penyimpanan pengharum. Hindari pemakaian kamper untuk kebutuhan Bayi.

Ada pun pewangi yang sudah dilarang The International Fragrance Association (IFRA) di antaranya pewangi yang mengandung musk ambrette, geranyl nitrile, dan 7-methyl coumarin. Sedangkan yang berbentuk gel dilarang bila mengandung zat-zat pengawet yang berbahaya bagi kesehatan, seperti formaldehyde dan methylchloroisothiozilinone. Jadi, tidak semua pewangi memberi efek negatif bagi kesehatan. Artinya, kita masih bisa menggunakan pewangi yang beredar di pasaran.Pewangi dapat saja memicu gangguan pernapasan ataupun asma, sakit kepala hingga kemungkinan gangguan pertumbuhan janin pada ibu hamil. Tapi hal ini akan terjadi jika memakai zat pewangi yang sudah dilarang penggunaannya sebagaimana yang direkomendasikan.
      
Pewangi merupakan bahan kimia lain yang erat kaitannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Kita dapat memperoleh bahan pewangi dari bahan alam maupun sintetik. Bahan pewangi alami yang sudah kita kenal di antaranya diperoleh dari daun kayu putih, kulit kayu manis, batang kayu cendana, bunga kenanga, bunga melati, dan buah pala. Bahan pewangi sintetik biasanya dipakai dalam berbagai pewangi atau parfum dalam kemasan. Selain zat yang menimbulkan aroma wangi, pewangi yang dijual di pasaran biasanya mengandung zat-zat lain, seperti alkohol untuk pewangi yang berbentuk cair dan tawas untuk pewangi yang berbentuk padat. Selain alkohol, masih terdapat beragam zat tambahan lainnya yang sengaja ditambahkan ke dalam pewangi agar parfum mudah disemprotkan (zat tersebut berfungsi sebagai propelan). Di antara zat-zat tambahan yang dapat berfungsi sebagai propelan tersebut ada yang dapat mencemari lingkungan. Propelan yang dapat merusak lapisan ozon.

4. Pembasmi Serangga

Adapun cara mencegah bahaya yang ditimbulkan dari pembasmi serangga
  • Menggunakan produk pembasmi serangga seperlunya, atau Mengurangi pemakaian insektisida secara berlebihan
  • Tidak menggunakan produk pembasmi serangga aerosol yang mengandung CFC.
  • Selalu menjaga kebersihan lingkungan. 
  • Menggunakan bahan pembasmi serangga (insektisida) yang lebih ramah lingkungan, seperti insektisida  biologis, pengembangan hama jantan mandul, dan memanfaatkan ekstrak bunga atau daun tertentu.


REFRENSI
  • Lukman, Cecilia. 1999. Ilmu Pengetahuan Populer. Jakarta : PT. Widyadara Grolier Internasional Inc.
  • Malcolm,Stevent.2007. Kimia Polimer. Jakarta: Pradnya Paramita.
  • Meyer: 1989. Chemistry of Hazardous Materials. New Jersey: Prentice Hall Building.
  • Oxlade, Chris. Ganeri. 2003. Ensiklopedia Mini Sains. Jakarta: Erlangga.
  • Pujaatmaka, A. Hadyana. 1999. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
  • Widyastuti, palupi. 2006. Bahaya Bahan Kimia pada Kesehatan Manusia dan Lingkungan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Categories:

0 comments:

Posting Komentar