Kesan Pertama
Karya : Kayuya
picture by https://1t4juwita.files.wordpress.com/
GADIS
cupu...!!!
Datang dari sebuah desa ke kota untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Cita-citanya sederhana, ingin menjadi
seorang guru agar bisa mencerdaskan anak-anak indonesia. Dengan tekat kuat ia
tapakkan kaki di Jakarta. Hiruk pikuk aroma kesibukkan dirasakannya saat telah
turun dari bis. Senyum manis terukir dibibirnya.
Rok merah panjang hingga tumit, dipadu atasan lengan panjang
warna merah pula adalah pakaian yang ia pakai saat pertama kali memijaki bumi
Jakarta. Tas jinjing yang besarnya tidak seberapa menjadi bekal awalnya untuk
hidup di ibu kota. Beberapa pasang pakaian dan sejumlah uangnya ia simpan dalam
tas jinjing itu, serta tidak lupa ijasah dan beberapa berkas penting untuk
mendaftar keperguruan tinggi ada dalam tas itu. Sebuah kertas kecil ditangannya
bertuliskan alamat rumah yang akan ia tempati selama tinggal di perantauan.
Asap kendaraan, macet, pengamen jalanan berkeliaran dilampu merah,
dan pedagang asongan. Itulah kesan pertamanya saat tiba di ibu kota.
“Fani” teriak seorang gadis cantik berpenampilan modis. Gadis itu melambaikan tangan pada saat mereka saling berpapasan. Wajah si gadis cupu berubah sumringah. Ia berjalan mendekati si gadis cupu.
“Mbak Panya! Ya ampun, mbak iki wes makin ayu, yo?” senyum lebar
terukir di wajah gadis cupu itu sehingga menampilkan deretan gigi putihnya.
“Eh, nama aku Fanya, bukannya Panya” gerutuh sigadis modis.
“Maap mbak, sayakan nda bisa bilang `ep`”.
“Hmmm, terserahlah. Pulang, yuk” gadis modis yang bernama Fanya itu
mengandeng tangan Fani dan berjalan kesebuah halte bus yang tidak jauh dari
terminal.
Halte itu tampak sepi. Hanya ada seorang pedagang asongan yang duduk
di samping halte sambil mengibas-ngibaskan topi ke wajahnya. Dia sangat kelelahan
karna habis berkeliling menjajakan barang dagangannya. Hal itu tampak jelas
dengan keringat yang bercucuran membanjiri keningnya.
Hujan seketika turun mengguyur bumi
Jakarta. Begitulah suasana kota Jakarta, kadang panas dan terkadang pula hujan.
Tapi kalau tidak begitu bukan Jakarta namanya. Jakarta memiliki keindahan
tersendiri dibalik segala permasalahan yang dimilik. Hanya saja, keindahan
itu tak nampak oleh mata, tapi hanya bisa dirasakan oleh hati.
Malam dikota Jakarta sangat ramai
oleh kendaraan mau pun orang-orang berlalu lalang. Tapi sayang, ramainya jalan tak sama dengan langit malamnya. Sepi, tanpa bintang yang menghiasi. Tidak seperti ketika di kampung, langitnya selalu
ramai dengan bintang-bintang yang bertaburan, sangat indah.
Hm, Jakarta. Kota padat yang sibuk,
dan selalu sibuk. Tak peduli malam atau siang, tetap saja sibuk. Tapi itulah
kesan pertama saat tiba di Jakarta.
0 comments:
Posting Komentar