13 Desember 2016

Aku Sudah Bahagia

Posted by Kayuya on 18.30.00 with 1 comment

Aku Sudah Bahagia
Karya : Kayuya




Hari mulai gelap, hujan siang tadi menyisahkan genangan air di jalan yang rusak dan berlubang termakan usia. Orang-orang yang tadinya singgah berteduh di emperan kios dekat kampus, satu per satu mulai beranjak pergi. Namun tidak bagi Mita, sedari tadi ia duduk menyendiri di halte depan gerbang utama. Kepalanya yang dibalut kerudung berwarna hitam terus menunduk sembari tangan mungilnya memainkan ujung kain kemeja putih yang ia kenakan. Udara yang dingin tak dihiraukan sama sekali.
"Hai, Dik." Sapa seorang laki-laki bertubuh jakun, entah dari mana datangnya.
Mita sedikit mendongak untuk melihat wajah orang yang baru saja menyapanya. Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang saat melihat sosok yang berdiri dihadapannya adalah Rei, salah satu senior yang paling disegani di jurusannya. Mita kembali menunduk, rasa takut pun mulai menghampirinya. Seakan tidak memperhatikan gelagat aneh dari Mita, Rei pun langsung duduk di samping gadis itu. Mita sontak menggeser tempat duduknya sedikit menjauh.
"Kenapa, Dik?" Tanya Rei keheranan.
Mita menggeleng pelan, ia tidak berani menatap wajah senior itu untuk kedua kalinya.
"Kenapa belum pulang, Dik? Belum di jemput ya?" Tanya Rei Lagi.
"Belum, Kak." Jawab Mita dengan suara pelan.
Sesaat kemudian seorang pria paru baya yang mengendarai sebuah motor butut pun berhenti tepat di depan mereka.
"Mita!" Panggil pria paru baya itu. Mita pun beranjak dari duduknya. "P-permisi, Kak." Kata mita pamit.
"Oh, iya. Hati-hati, Dik." Kata Rei tersenyum ramah. Rei terus memperhatikan Mita hingga menghilang dari pandangannya.
Sesampainya di rumah, Mita langsung masuk ke kamarnya dan mengunci pintu rapat-rapat. Bayang-bayang kejadian siang tadi membuat emosi yang sedari tadi ia tahan mulai ia luapkan. Tas selempang yang masih bergantung di pundaknya, dibuang kesembarang tempat. Air matanya mulai tumpah sedetik kemudian. Mita terduduk di lantai sambil menutup wajahnya dengan tangannya.
Bibirnya bergerak seolah menggumam kalimat "Aku memang memalukan, aku pembawa sial." Suara tangisnya seolah-olah tertahan di teggorokan. Mita mulai kehilangan akal sehatnya, ia pun sudah tidak tahu bagaimana caranya untuk menghadapi hidupnya. Bicaranya pun mulai tidak beraturan. Ia tertawa dan menangis dalam waktu yang bersamaan. Di kamar yang gelap itu, Mita meluapkan semua emosi yang ia pendam selama ini.
***
Awan hitam menghias langit pagi ini, hari baru mulai menyingsing. Dinginnya pagi di tambah hujan yang tak kunjung reda membuat beberapa orang memilih kembali merapatkan diri dalam selimut.
"Mita!" Teriak Tante Mita dari balik pintu. Rasa khawatir mulai menyelimuti hatinya, mengingat dari semalam ia tidak melihat Mita keluar dari kamarnya. Ia pun segera mengambil kunci cadangan yang ia simpan di laci meja kerja suaminya.
Ketika Tante Mita membuka pintu, dilihatnya Mita masih tertidur pulas berbungkus selimut. Tante Mita menggoyangkan bahu Mita pelan sembari memanggil nama lembut nama gadis itu. Dirasa tidak ada geraka seperti biasa, ia pun membalik tubuh Mita hingga terlentang. Tante Mita sontak  terkejut ketika melihat banyak darah di leher keponakannya. Ia pun berteriak histeris sambil memegangi kepalanya yang pusing.
Pagi itu Mita telah tiada, satu goresan di leher telah merenggut nyawanya. Matanya memancarkan cahaya kesedihan dan senyum kecut yang terlukis di bibirnya telah abadi. Di sampingnya terdapat secarik kertas yang ia tinggalkan berisi satu kalimat "AKU SUDAH BAHAGIA.
-SELESAI-
Categories:

1 komentar: