13 Desember 2016

Gadis Pencuri Hati

Posted by Kayuya on 01.40.00 with No comments

Gadis Pencuri Hati
Karya : Kayuya

picture by  http://1.bp.blogspot.com/


Pertama kali aku menginjakan kaki di sekolah ini, mataku langsung tertuju pada seorang gadis yang berseragam sama dengan yang ku kenakan. Seragam SMP tapi lambang sekolah kami berbeda. Dia memasuki gerbang bersama dua orang sahabatnya. Mereka saling bergandengan dan raut wajah mereka seperti orang yang sedang ketakutan, gugup, ragu, dan bingung bercampur jadi satu. Aku suka menatap wajah bodoh mereka yang terlihat masih polos, terutama gadis itu.
Gadis yang berada di tengah itu terlihat sangat manis dengan ekspresi yang ia tunjukkan. Andaikan dia sepotong kue, mungkin aku sudah memakannya hingga habis tak bersisa. Mau bagaimana lagi, dia sangat manis dan aku gemas karnanya.
            Ketiga gadis itu berlalu dihadapanku dan berhenti di sekumpulan anak perempuan lain yang akan mendaftar menjadi siswi di sekolah ini.
Gadis Pencuri Hati sebutanku untuknya, karna aku belum tahu siapa namanya. Kuperhatikan gadis itu lekat-lekat, ia sedang berbincang dengan temannya yang lain yang sudah datang  terlebih dahulu di sekolah ini. Tak lama aku melihat dia mengeluarkan sebuah buku dan pulpen dari dalam tasnya, sepertiya ia sedang menulis namanya untuk dikumpulkan kepada panitia. Ia berdiri di antara anak-anak perempuan berseragam SMP itu dan akupun sama, aku berdiri di antara sekumpulan anak-anak laki-laki berseragam SMP yang sedang menunggu formulir pendaftaran. Sesekali aku mencuri perhatian kepadanya.
Tidak lama kemudian namaku disebut oleh panitia pembagian formulir pendaftaran. Aku mengacungkan tangan dan seorang pria berseragam dinas memberiku lembaran formulir pendaftaran yang nantinya akan ku isi. Aku tidak langsung pulang karna aku masih ingin melihat si Gadis Pencuri Hati itu lebih lama lagi, akhirnya aku memutuskan untuk berbicara sebentar dengan seorang guru di sekolah ini yang sudah kukenal dengan baik. Aku bertanya banyak hal kepada guru itu, bahkan hal-hal yang tidak ada sangkut pautnya dengan masalah prosedur pendaftaran siswa barupun aku tanyakan.
Hari semakin siang, ku lirik lagi ke arah tempat pembagian formulir putri. Orang-orang yang tadinya berkerumun di sana kini hanya tinggal sekitar 25-30 orang saja, sepertinya mereka semua sudah pulang. Aku tidak melihat Gadis pencuri hati itu diantara orang-orang itu. Kemana perginya? Apakah ia sudah pulang?. Aku masuk ke dalam ruangan pembagian formulir, ternyata ia ada di sana. Ia duduk bersama pendaftar yang lain, sepertinya ia sudah lelah karna sedari tadi ia terus berdiri di depan pintu. Tak lama seorang temannya datang menghampirinya dengan membawa lembaran formulir di tagannya. Tapi ekspresi temannya murung, sedangkan Gadis Pencuri Hati tersenyum, tapi senyum yang dipaksakan.
“Formulir habis” kata seorang guru yang bertindak sebagai panitia pembagian formulir putri.
Orang-orang yang tadinya duduk langsung berdiri menghampiri panitia itu dan menyampaikan protes. Ternyata si Gadis Pencuri Hati tidak mendapat formulir?. Kasian sekali.
Gadis Pencuri hati keluar dari ruangan itu bersama temannya.
“Lo aneh Nuri,” kata Gadis Pencuri Hati pada sahabatnya.
“A? Maksud lo?”.
“Iya, kan. Yang kehilangan formulir kan gue, kok lo yang sedih?” kata Gadis Pencuri Hati itu lagi.
“Bukannya gitu, Gue sebel aja gitu sama orang yang tega ngambil formulir orang lain, masa kita yang udah capek-capek ngatri. Eh dia malah ngambi formulir orang seenaknya gitu”.
“Sudah, ikhlasin aja. Mungkin formulir itu bukan rejeki gue. Lagi pula pendaftaran masih buka besok kan?”.
“Iya sih”.
“Maukan besok lo temenin gue kesini lagi?”.
Sure, anything for you”.
“Ahhhhh, baik banget sih. Thank you, you are my best friend”.
Mereka melewati gerbang sekolah dengan perasaan bahagia. Sedangkan aku hanya heran melihat mereka berdua. Ternyata di dunia ini masih ada orang yang seperti mereka berdua.

Dua hari kemudian..
Aku kembali mendatangi SMA itu untuk mengembalikan formulir telah kuisi beserta persyaratan-persyaratan yang diminta. Aku mecari si Gadis Pencuri Hati, tapi sayangnya ia tidak ada disana. Sepertinya waktu yang kupilih tidak tepat. Apakah Gadis Pencuri Hati telah mengembalikan formulirnya?, tapi rasanya itu tidak mungkin karna sewaktu hari senin ia tidak mendapatkan formulir. Berarti hanya ada satu kemungkinan, ia belum mengembalikan formulirnya. Akh, bodohnya aku. Tidak mungkin ia akan mengembalikannya hari ini karna sewaktu hari senin ia kehilangan formulirnya, mungkin ia akan mengembalikannya besok atau lusa.
Aku kembali ke rumah dengan perasaan kecewa, aku hanya bisa berharap bahwa aku bisa satu ruangan dengannya saat tes nanti atau paling tidak aku bisa melihanya lagi nanti.
Hari-hariku penuh kegalauan sesudahnya, kadang aku bersemangat kadang pula aku murung. Entah mengapa yang ada dalam fikiranku hanya dia, dia, dan dia. siapa lagi kalau bukan si Gadis Pencuri Hati. Aku ingin waktu cepat berlalu agar aku bisa melihatnya lagi, entah ada apa dengan dia yang sampai mampu menghipnotisku sehingga aku bisa menjadi seperti. Apa ia telah mengguna-gunaiku, fikiran bodoh. Mana mungkin dia bisa mengguna-gunaiku sedangkan ia tidak mengenalku.

Tes Seleksi Hari Pertama.
Tes di hari pertama ini adalah tes akedemik. Aku sudah belajar keras sebelumnya dan aku yakin, aku pasti bisa menjawab semua soal yang diberikan.
            Pagi ini aku melihatnya lagi, do’aku terkabul. Aku dan dia memasuki gerbang sekolah secara bersamaan. Sepertinya ia tidak menyadari keberadaanku karna yang aku lihat ia terus saja memperhatikan layar ponselnya. Sepertinya ia sedang menerima pesan singkat dari seseorang.
            Saat ia memasuki gerbang pagi ini, aku lagi-lagi melihat ekspresi wajah itu, ekspresi wajah ketakutan, gugup, ragu dan bingung bercampur jadi satu. Apakah ia selalu merasa ketakutan, gugup, ragu dan bingung dalam waktu yang bersamaan?. Dasar gadis Aneh. Tapi ekspresi itu sangat lucu dan membuatku gemas. Andai aku punya keberanian, aku ingin sekali menghampirinya dan menyapanya. Tapi sayangnya aku tidak memiliki keberanian untuk itu, dan sepertinya ia adalah tipe orang yang sulit untuk didekati oleh laki-laki.
Gadis Penarik  Hati terus berjalan, ia terus berjalan melintasi lapangan dan berhenti di sebuah ruangan yag paling sudut dekat dengan koprasi sekolah. seorang teman melambai padanya, dan tak lama ia berbaur dengan teman-temannya yang ada disana. Ruanganku berada tidak jauh dari sana, aku masih bisa melihatnya dari sini.
“Ke sana yuk” kata temanku yang sedari tadi duduk disampingku.
Aku beralih melirik ke arah temanku itu, “Kemana?” tanyaku heran.
“Jalan-jalan doang, memang lo nggak bosan apa disin terus?”.
Tanpa berpikir panjang aku mengiyakan usulan temanku, sekligus aku ingin tahu ekspresinya saat ia melihatku. Apakah ia akan teriak-teriak seperti yang dilakukan gadis-gadis lain saat melihatku, ataukan ia hanya akan diam saja?.
Belum juga aku sampai didepan mereka tapi aku melihat seorang gadis yang bertubuh paling pendek di antara mereka menginstruksi ketemannya yang lain tentang kedatanganku. Dan saat aku tepat didepan mereka, tiba-tiba mereka berteriak meneriakiku seperti yang dilakukan perempuan-perempuan kebanyakan. Bahkan salah seorang dari mereka yang bertubuh gendut berkata “Semoga gue seruangan dengannya”. Tentu aku tidak meng Aminkan doanya, karna jika aku seruangan dengan perempuan berisik seperti dia bisa-bisa konsentrasiku buyar. Aku sempat melirik sekilas ke arah Gadis Pencuri hati, tapi yang kulihat ekspresinya datar-datar saja. Dia tidak berteriak-teriak seperti teman-temannya yang lain.
“Memang susah kalalu jadi cowok cakep, banyak fans-nya”.
Aku tahu temanku itu pasti sedang menyindirku. Tapi aku aku merasa aku tidak seganteng itu karna buktinya Gadis Pencuri Hati tidak bereaksi apa-apa saat melihatku. Apakah aku tidak termasuk dalam tipe cowok idamannya?.

Tes Seleksi Hari Ke Dua
            Tes hari ini adalah tes mengaji bagi yang beragama muslim. Karna mayoritas siswa yang masuk setiap tahunnya beragama Islam maka diadakanlah tes Mengaji, semua Sekolah di kota ini selalu mengadakan tes mengaji bagi para calon siswanya.
            Hari ini sepertinya aku datang lebih lambat darinya, karna sewaktu aku sampai di ruang tesku yang kemarin aku melihat si Gadis Pencuri hati sedang asyik mendengar cerita teman-temannya di depan ruang tesnya yang kemarin.
            Baru saja aku duduk di samping teman-temanku, tiba-tiba seorang guru laki-laki yang tubuh kurus menginstruksikan agar kami semua bergegas kedepan ruang Aula. Kulirik sekilas ke arah si Gadis Pencuri Hati, ia sudah berjalan dengan teman-temannya yang lain dengan diselingi tawaan karna tingkah kocak kedua temannya yang bertubuh paling pendek dan yang berbadan gendut.
            Aku berhenti tepat di depan ruang UKS karna aku melihat sudah banyak orang yang berkumpul didepan Aula sekolah sehingga terasa sesak. Aku duduk di tangga yang terbuat dari batu didepan UKS yang sengaja dibuat sedikit tinggi bersama temanku yang kemarin. Entah ini kebetulan ataukah memang sudah direncanakan sebelumnya aku tidak tahu, aku melihat Gadis Pencuri Hati berdiri sekitar 2 meter didepanku, aku bisa melihatnya dengan jelas sekarang tanpa penghalang apapun. Dia masih berdiri di dekat teman-temannya sambil menatap kearah sekumpulan orang yang sedang berkumpu di depan Aula sekolah. Tak lama kemudian temannya yang waktu itu datang dan langsung menutup matanya, dengan cepat ia menngetahui orang itu dan terjadilah percakapan singkat di antara mereka. Melihat beberapa temannya yang lain duduk melantai di jalan yang sudah di aspal, ia dan temannya yang lain juga ikut berbaur duduk di aspal itu.
            “Eh, gue ke sana dulu ya” kata temanku yang sedari tadi tak ku hiraukan.
            Aku hanya mengangguk pelan ke arah temanku yang tiba-tiba saja sudah berdiri dari duduknya itu lalu kemudian meninggalkanku sendirian.
Aku kembali memperhatikan si Gadis Pencuri hati yang duduk melantai bersama teman-temannya di aspal. Sesekali mereka tertawa karna tingkah temannya yang bertubuh gendut yang sedang menirukan gaya seorang pengemis. Ini pertama kalinya aku melihat senyuman si Gadis pencuri hati dengan sangat jelas. Ternyata ia lebih manis saat tersenyum dan tertawa. Mereka tertawa dengan lepasnya tidak menghiraukan pandangan orang-orang sekitar yang mengatai mereka norak, kampungan, gila, dan sebagainya. Kepolosan masih tampak jelas di diri mereka, cara mereka bercanda dan tertawa masih sama seperti anak-anak SD yang baru menginjak SMP, padahal sebentar lagi mereka sudah masuk SMA. Memang benar kata orang kalau anak-anak dari SMP neg 3 memang masih terlihat polos dan apa adanya, tidak seperti teman satu sekolahku yang terlihat dewasa namun kedewasaan mereka seperti dipaksakan.
Sesekali kudapati si Gadis Pencuri Hati menatapku dengan tatapan risih, sepertinya ia sudah sadar bahwa aku sering sekali memandanginya. Aku malu karna tertangkap basah olehnya. Aku mengalihkan pandanganku ke arah lain lalu kembali memandanginya saat ia kembali bercanda bersama teman-temannya.
Tak lama ia beranjak dari duduknya dan pergi bersama sahabanya yang ia sebut sebagai Nuri itu. Aku sedikit heran, mau kemana mereka. Setelah aku melihat ke arah yang sama seperti yang ia lihat, aku baru sadar ternyata guru yang menginstruksi kami beberapa saat yang lalu kembali menginstuksi kami untuk memasuki ruangan tes kami. Aku merasa kesal tapi aku tetap mengikuti instruksinya itu mau atau tidak. Setelah itu aku tidak lagi melihat si Gadis Pencuri Hati sampai aku pulang kerumah.

Hari Pengumuman Penerimaan Siswa Baru.
            Hari itu aku lagi-lagi melihatnya dengan ekspresi yang sama saat pertama kali aku melihatnya. Dia tak henti-hentinya memperlihatkan ekspresi itu hingga selembar kertas yang berisi nomor tes siswa yang lulus di tempel di papan pengumuman. Aku sibuk mencari nomor tesku di sana sampai aku tidak  sadar bahwa ternyata disampingku berdiri seorang gadis yang sudah ku senggol dan hampir terjatuh, gadis itu adalah  si Gadis Pencuri Hati. Aku lalu menggeser sedikit tempatku agar ia bisa melihat nomor tesnya.
Aku putus asa dan berhenti mencari. Aku kembali melihat ke samping kananku tapi si Gadis Pencuri Hati sudah tidak ada di sana,  aku berbalik dan mencarinya ke segala arah. Aku menemukannya berdiri tak jauh didepanku. Ia sedang memeluk temannya sambil melompat-lompat senang. Namun tiba-tiba ekspresinya berubah murung saat teman yang dipeluknya itu mengucapkan sebuah kalimat. Sepertinya teman yang dipeluknya itu tidak lulus di sekolah ini.
Aku merasa senang sekaligus kesal. Aku senang karna dapat bertemu dengan si Gadis Pencuri Hati, dan aku kesal karna tidak diterima di sekolah ini. Aku kemudian memutuskan untuk pulang ke rumah dengan perasaan yang tidak bisa ku jelaskan dengan kata-kata. Aku kemudian kembali mencari sekolah lain yang masih membuka pendaftaran. Dan lepas dari hari itu aku tidak pernah lagi melihat si Gadis Pencuri hati. Aku hanya bisa berharap agar disuatu hari nanti, di sebuah tempat yang tak terduga aku bisa kembali bertemu dengannya secara kebetulan. Entah itu esok, lusa, satu minggu, satu bulan, satu tahun, atau bahkan belasan tahun kemudian. Aku akan tetap berharap agar aku bisa bertemu dengannya lagi.

-SELESAI-
Categories:

0 comments:

Posting Komentar