Gadis Pencuri Hati
Karya : Kayuya
picture by http://1.bp.blogspot.com/
Pertama kali
aku menginjakan kaki di sekolah ini, mataku langsung tertuju pada seorang gadis
yang berseragam sama dengan yang ku kenakan. Seragam SMP tapi lambang sekolah
kami berbeda. Dia memasuki
gerbang bersama dua orang sahabatnya. Mereka saling bergandengan dan raut wajah
mereka seperti orang yang sedang ketakutan, gugup, ragu, dan bingung bercampur
jadi satu. Aku suka menatap wajah bodoh mereka yang terlihat masih polos,
terutama gadis itu.
Gadis yang berada di tengah itu terlihat sangat manis dengan ekspresi yang ia tunjukkan. Andaikan dia sepotong kue, mungkin aku sudah memakannya hingga habis tak bersisa. Mau bagaimana lagi, dia sangat manis dan aku gemas karnanya.
Gadis yang berada di tengah itu terlihat sangat manis dengan ekspresi yang ia tunjukkan. Andaikan dia sepotong kue, mungkin aku sudah memakannya hingga habis tak bersisa. Mau bagaimana lagi, dia sangat manis dan aku gemas karnanya.
Ketiga gadis itu berlalu dihadapanku dan berhenti
di sekumpulan anak perempuan lain yang akan mendaftar menjadi siswi di sekolah
ini.
Gadis Pencuri Hati sebutanku untuknya, karna aku belum tahu siapa
namanya. Kuperhatikan gadis itu lekat-lekat, ia sedang berbincang dengan
temannya yang lain yang sudah datang
terlebih dahulu di sekolah ini. Tak lama aku melihat dia mengeluarkan
sebuah buku dan pulpen dari dalam tasnya, sepertiya ia sedang menulis namanya
untuk dikumpulkan kepada panitia. Ia berdiri di antara anak-anak perempuan
berseragam SMP itu dan akupun sama, aku berdiri di antara sekumpulan anak-anak
laki-laki berseragam SMP yang sedang menunggu formulir pendaftaran. Sesekali
aku mencuri perhatian kepadanya.
Tidak lama kemudian namaku disebut oleh panitia pembagian formulir
pendaftaran. Aku mengacungkan tangan dan seorang pria berseragam dinas
memberiku lembaran formulir pendaftaran yang nantinya akan ku isi. Aku tidak
langsung pulang karna aku masih ingin melihat si Gadis Pencuri Hati itu lebih
lama lagi, akhirnya aku memutuskan untuk berbicara sebentar dengan seorang guru
di sekolah ini yang sudah kukenal dengan baik. Aku bertanya banyak hal kepada
guru itu, bahkan hal-hal yang tidak ada sangkut pautnya dengan masalah prosedur
pendaftaran siswa barupun aku tanyakan.
Hari semakin siang, ku lirik lagi ke arah tempat pembagian formulir
putri. Orang-orang yang tadinya berkerumun di sana kini hanya tinggal sekitar
25-30 orang saja, sepertinya mereka semua sudah pulang. Aku tidak melihat Gadis
pencuri hati itu diantara orang-orang itu. Kemana perginya? Apakah ia sudah
pulang?. Aku masuk ke dalam ruangan pembagian formulir, ternyata ia ada di
sana. Ia duduk bersama pendaftar yang lain, sepertinya ia sudah lelah karna
sedari tadi ia terus berdiri di depan pintu. Tak lama seorang temannya datang
menghampirinya dengan membawa lembaran formulir di tagannya. Tapi ekspresi
temannya murung, sedangkan Gadis Pencuri Hati tersenyum, tapi senyum yang
dipaksakan.
“Formulir habis” kata seorang guru yang bertindak sebagai panitia
pembagian formulir putri.
Orang-orang yang tadinya duduk langsung berdiri menghampiri panitia itu
dan menyampaikan protes. Ternyata si Gadis Pencuri Hati tidak mendapat
formulir?. Kasian sekali.
Gadis Pencuri hati keluar dari ruangan itu bersama temannya.
“Lo aneh Nuri,” kata Gadis Pencuri Hati pada sahabatnya.
“A? Maksud lo?”.
“Iya, kan. Yang kehilangan formulir kan gue, kok lo yang sedih?” kata
Gadis Pencuri Hati itu lagi.
“Bukannya gitu, Gue sebel aja gitu sama orang yang tega ngambil formulir
orang lain, masa kita yang udah capek-capek ngatri. Eh dia malah ngambi
formulir orang seenaknya gitu”.
“Sudah, ikhlasin aja. Mungkin formulir itu bukan rejeki gue. Lagi pula
pendaftaran masih buka besok kan?”.
“Iya sih”.
“Maukan besok lo temenin gue kesini lagi?”.
“Sure, anything for you”.
“Ahhhhh, baik banget sih. Thank
you, you are my best friend”.
Mereka melewati gerbang sekolah dengan perasaan bahagia. Sedangkan aku
hanya heran melihat mereka berdua. Ternyata di dunia ini masih ada orang yang
seperti mereka berdua.
Dua hari
kemudian..
Aku kembali mendatangi SMA itu untuk mengembalikan formulir telah kuisi
beserta persyaratan-persyaratan yang diminta. Aku mecari si Gadis Pencuri Hati,
tapi sayangnya ia tidak ada disana. Sepertinya waktu yang kupilih tidak tepat.
Apakah Gadis Pencuri Hati telah mengembalikan formulirnya?, tapi rasanya itu
tidak mungkin karna sewaktu hari senin ia tidak mendapatkan formulir. Berarti
hanya ada satu kemungkinan, ia belum mengembalikan formulirnya. Akh, bodohnya aku.
Tidak mungkin ia akan mengembalikannya hari ini karna sewaktu hari senin ia
kehilangan formulirnya, mungkin ia akan mengembalikannya besok atau lusa.
Aku kembali ke rumah dengan perasaan kecewa, aku hanya bisa berharap bahwa
aku bisa satu ruangan dengannya saat tes nanti atau paling tidak aku bisa
melihanya lagi nanti.
Hari-hariku penuh kegalauan sesudahnya, kadang aku bersemangat kadang
pula aku murung. Entah mengapa yang ada dalam fikiranku hanya dia, dia, dan
dia. siapa lagi kalau bukan si Gadis Pencuri Hati. Aku ingin waktu cepat
berlalu agar aku bisa melihatnya lagi, entah ada apa dengan dia yang sampai
mampu menghipnotisku sehingga aku bisa menjadi seperti. Apa ia telah
mengguna-gunaiku, fikiran bodoh. Mana mungkin dia bisa mengguna-gunaiku sedangkan
ia tidak mengenalku.
Tes Seleksi
Hari Pertama.
Tes di hari pertama ini adalah tes akedemik. Aku sudah belajar keras
sebelumnya dan aku yakin, aku pasti bisa menjawab semua soal yang diberikan.
Pagi ini aku melihatnya lagi, do’aku
terkabul. Aku dan dia memasuki gerbang sekolah secara bersamaan. Sepertinya ia
tidak menyadari keberadaanku karna yang aku lihat ia terus saja memperhatikan
layar ponselnya. Sepertinya ia sedang menerima pesan singkat dari seseorang.
Saat ia memasuki gerbang pagi ini,
aku lagi-lagi melihat ekspresi wajah itu, ekspresi wajah ketakutan, gugup, ragu
dan bingung bercampur jadi satu. Apakah ia selalu merasa ketakutan, gugup, ragu
dan bingung dalam waktu yang bersamaan?. Dasar gadis Aneh. Tapi ekspresi itu
sangat lucu dan membuatku gemas. Andai aku punya keberanian, aku ingin sekali
menghampirinya dan menyapanya. Tapi sayangnya aku tidak memiliki keberanian
untuk itu, dan sepertinya ia adalah tipe orang yang sulit untuk didekati oleh
laki-laki.
Gadis Penarik Hati terus berjalan,
ia terus berjalan melintasi lapangan dan berhenti di sebuah ruangan yag paling
sudut dekat dengan koprasi sekolah. seorang teman melambai padanya, dan tak
lama ia berbaur dengan teman-temannya yang ada disana. Ruanganku berada tidak
jauh dari sana, aku masih bisa melihatnya dari sini.
“Ke sana yuk” kata temanku yang sedari tadi duduk disampingku.
Aku beralih melirik ke arah temanku itu, “Kemana?” tanyaku heran.
“Jalan-jalan doang, memang lo nggak bosan apa disin terus?”.
Tanpa berpikir panjang aku mengiyakan usulan temanku, sekligus aku ingin
tahu ekspresinya saat ia melihatku. Apakah ia akan teriak-teriak seperti yang
dilakukan gadis-gadis lain saat melihatku, ataukan ia hanya akan diam saja?.
Belum juga aku sampai didepan mereka tapi aku melihat seorang gadis yang
bertubuh paling pendek di antara mereka menginstruksi ketemannya yang lain
tentang kedatanganku. Dan saat aku tepat didepan mereka, tiba-tiba mereka
berteriak meneriakiku seperti yang dilakukan perempuan-perempuan kebanyakan.
Bahkan salah seorang dari mereka yang bertubuh gendut berkata “Semoga gue
seruangan dengannya”. Tentu aku tidak meng Aminkan doanya, karna jika aku
seruangan dengan perempuan berisik seperti dia bisa-bisa konsentrasiku buyar.
Aku sempat melirik sekilas ke arah Gadis Pencuri hati, tapi yang kulihat
ekspresinya datar-datar saja. Dia tidak berteriak-teriak seperti teman-temannya
yang lain.
“Memang susah kalalu jadi cowok cakep, banyak fans-nya”.
Aku tahu temanku itu pasti sedang menyindirku. Tapi aku aku merasa aku
tidak seganteng itu karna buktinya Gadis Pencuri Hati tidak bereaksi apa-apa
saat melihatku. Apakah aku tidak termasuk dalam tipe cowok idamannya?.
Tes Seleksi
Hari Ke Dua
Tes hari ini adalah tes mengaji bagi
yang beragama muslim. Karna mayoritas siswa yang masuk setiap tahunnya beragama
Islam maka diadakanlah tes Mengaji, semua Sekolah di kota ini selalu mengadakan
tes mengaji bagi para calon siswanya.
Hari ini sepertinya aku datang lebih
lambat darinya, karna sewaktu aku sampai di ruang tesku yang kemarin aku melihat
si Gadis Pencuri hati sedang asyik mendengar cerita teman-temannya di depan
ruang tesnya yang kemarin.
Baru saja aku duduk di samping
teman-temanku, tiba-tiba seorang guru laki-laki yang tubuh kurus
menginstruksikan agar kami semua bergegas kedepan ruang Aula. Kulirik sekilas
ke arah si Gadis Pencuri Hati, ia sudah berjalan dengan teman-temannya yang
lain dengan diselingi tawaan karna tingkah kocak kedua temannya yang bertubuh
paling pendek dan yang berbadan gendut.
Aku berhenti tepat di depan ruang
UKS karna aku melihat sudah banyak orang yang berkumpul didepan Aula sekolah
sehingga terasa sesak. Aku duduk di tangga yang terbuat dari batu didepan UKS
yang sengaja dibuat sedikit tinggi bersama temanku yang kemarin. Entah ini
kebetulan ataukah memang sudah direncanakan sebelumnya aku tidak tahu, aku
melihat Gadis Pencuri Hati berdiri sekitar 2 meter didepanku, aku bisa
melihatnya dengan jelas sekarang tanpa penghalang apapun. Dia masih berdiri di
dekat teman-temannya sambil menatap kearah sekumpulan orang yang sedang
berkumpu di depan Aula sekolah. Tak lama kemudian temannya yang waktu itu
datang dan langsung menutup matanya, dengan cepat ia menngetahui orang itu dan
terjadilah percakapan singkat di antara mereka. Melihat beberapa temannya yang
lain duduk melantai di jalan yang sudah di aspal, ia dan temannya yang lain
juga ikut berbaur duduk di aspal itu.
“Eh, gue ke sana dulu ya” kata
temanku yang sedari tadi tak ku hiraukan.
Aku hanya mengangguk pelan ke arah
temanku yang tiba-tiba saja sudah berdiri dari duduknya itu lalu kemudian
meninggalkanku sendirian.
Aku kembali memperhatikan si Gadis Pencuri hati yang duduk melantai
bersama teman-temannya di aspal. Sesekali mereka tertawa karna tingkah temannya
yang bertubuh gendut yang sedang menirukan gaya seorang pengemis. Ini pertama
kalinya aku melihat senyuman si Gadis pencuri hati dengan sangat jelas.
Ternyata ia lebih manis saat tersenyum dan tertawa. Mereka tertawa dengan
lepasnya tidak menghiraukan pandangan orang-orang sekitar yang mengatai mereka
norak, kampungan, gila, dan sebagainya. Kepolosan masih tampak jelas di diri
mereka, cara mereka bercanda dan tertawa masih sama seperti anak-anak SD yang
baru menginjak SMP, padahal sebentar lagi mereka sudah masuk SMA. Memang benar
kata orang kalau anak-anak dari SMP neg 3 memang masih terlihat polos dan apa
adanya, tidak seperti teman satu sekolahku yang terlihat dewasa namun
kedewasaan mereka seperti dipaksakan.
Sesekali kudapati si Gadis Pencuri Hati menatapku dengan tatapan risih,
sepertinya ia sudah sadar bahwa aku sering sekali memandanginya. Aku malu karna
tertangkap basah olehnya. Aku mengalihkan pandanganku ke arah lain lalu kembali
memandanginya saat ia kembali bercanda bersama teman-temannya.
Tak lama ia beranjak dari duduknya dan pergi bersama sahabanya yang ia
sebut sebagai Nuri itu. Aku sedikit heran, mau kemana mereka. Setelah aku
melihat ke arah yang sama seperti yang ia lihat, aku baru sadar ternyata guru
yang menginstruksi kami beberapa saat yang lalu kembali menginstuksi kami untuk
memasuki ruangan tes kami. Aku merasa kesal tapi aku tetap mengikuti
instruksinya itu mau atau tidak. Setelah itu aku tidak lagi melihat si Gadis
Pencuri Hati sampai aku pulang kerumah.
Hari
Pengumuman Penerimaan Siswa Baru.
Hari itu aku lagi-lagi melihatnya
dengan ekspresi yang sama saat pertama kali aku melihatnya. Dia tak
henti-hentinya memperlihatkan ekspresi itu hingga selembar kertas yang berisi
nomor tes siswa yang lulus di tempel di papan pengumuman. Aku sibuk mencari
nomor tesku di sana sampai aku tidak sadar bahwa ternyata disampingku berdiri
seorang gadis yang sudah ku senggol dan hampir terjatuh, gadis itu adalah si Gadis Pencuri Hati. Aku lalu menggeser
sedikit tempatku agar ia bisa melihat nomor tesnya.
Aku putus asa dan berhenti mencari. Aku kembali melihat ke samping
kananku tapi si Gadis Pencuri Hati sudah tidak ada di sana, aku berbalik dan mencarinya ke segala arah.
Aku menemukannya berdiri tak jauh didepanku. Ia sedang memeluk temannya sambil
melompat-lompat senang. Namun tiba-tiba ekspresinya berubah murung saat teman
yang dipeluknya itu mengucapkan sebuah kalimat. Sepertinya teman yang
dipeluknya itu tidak lulus di sekolah ini.
Aku merasa senang sekaligus kesal. Aku senang karna dapat bertemu dengan
si Gadis Pencuri Hati, dan aku kesal karna tidak diterima di sekolah ini. Aku
kemudian memutuskan untuk pulang ke rumah dengan perasaan yang tidak bisa
ku jelaskan dengan kata-kata. Aku kemudian kembali mencari sekolah lain yang
masih membuka pendaftaran. Dan lepas dari hari itu aku tidak pernah lagi
melihat si Gadis Pencuri hati. Aku hanya bisa berharap agar disuatu hari nanti,
di sebuah tempat yang tak terduga aku bisa kembali bertemu dengannya secara
kebetulan. Entah itu esok, lusa, satu minggu, satu bulan, satu tahun, atau
bahkan belasan tahun kemudian. Aku akan tetap berharap agar aku bisa bertemu
dengannya lagi.
-SELESAI-
0 comments:
Posting Komentar